dteksinews,Jakarta – Perusahaan smelter nikel PT Gunbuster Nickel Indonesia (GNI) disebut-sebut makin mendekati peluang untuk diakuisisi oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) melalui PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) dijutib dari Bloomberg Technoz.
Anggota Dewan Penasihat Pertambangan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Djoko Widajatno menyebut desas-desus rencana akuisisi smelter GNI oleh Danantara saat ini masih membutuhkan persetujuan para pemangku kepentingan.
“Sudah ada tanda-tanda akan diakuisisi, tetapi butuh persetujuan seluruh stakeholders karena due diligence perlu dibuat dahulu, butuh waktu,” ungkap Djoko saat dihubungi, dikutip Jumat (20/6/2025).
Dalam kaitan itu, Djoko berpendapat pemerintah harus segera mengeksekusi rencana akuisisi tersebut, sebelum didahului oleh perusahaan lain.
“Ada bahayanya kalau keduluan perusahaan lain. Pemerintah [bisa] kehilangan kesempatan memperoleh aset GNI,” ujarnya.
Djoko mengelaborasi, berdasarkan informasi yang dihimpunnya, sudah ada calon skema pendanaan yang disiapkan untuk mencaplok aset GNI — anak usaha Jiangsu Delong Nickel Industry Co, raksasa baja nirkarat China yang tengah dililit isu restrukturisasi utang.
Menurutnya, Danantara disebut-sebut berperan menyiapkan dan menyuntik dana di atas US$20 miliar, tetapi dia tidak menyebut angka spesifiknya.
Adapun, klaim Djoko, MIND ID berperan sebagai calon mitra yang akan mengakuisisi GNI guna melanjutkan proyek hilirisasi nikel perusahaan tersebut.
Selain dari Danantara, kata Djoko, pendanaan untuk GNI berasal dari kredit sindikasi senilai US$60 juta untuk mendukung likuiditas jangka menengah.
Bloomberg Technoz telah meminta konfirmasi atas rumor tersebut kepada pihak Danantara, GNI, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan Kementerian Perindustrian—selaku pemberi izin usaha industri (IUI) — tetapi tidak mendapatkan respons hingga berita ini diturunkan.
PT GNI telah mengalami perubahan manajemen sejak 18 Januari 2025, sebagai bagian dari restrukturisasi pascakrisis induk usahanya, Jiangsu Delong, di China. Hal itu sebelumnya juga telah dikonfirmasi oleh Kemenperin.
Selepas pergantian manajemen, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Setia Diarta sebelumnya mengungkapkan GNI memang telah dalam proses mendapatkan pendanaan atau investor baru, yang masih dirahasiakan.
Setia, bagaimanapun, mengatakan pendanaan baru tersebut kemungkinan rampung Agustus 2025.
“Saat ini GNI sedang menunggu jadwal rapat kreditur. Kemungkinan pada Agustus. Update yang kami terima begitu,” kata Setia kepada Bloomberg Technoz, saat dimintai konfirmasi, Rabu (11/6/2025).
“Selama proses transisi, pendanaan masih berasal dari Jiangsu Delong.”
Kehadiran investor baru tersebut berpotensi mengubah struktur kepemilikan GNI, kendati detailnya masih belum dipublikasikan.
Untuk diketahui, sejak awal 2025, GNI telah memangkas kapasitas operasional smelter-nya menjadi hanya 30%—40% dari total, alias hanya menjalankan 12 dari 25 lini produksinya, menyusul penyesuaian manajemen dan isu pasokan.
Gangguan produksi GNI—yang menyerap sekitar 10.900 tenaga kerja — salah satunya dipicu oleh krisis keuangan Jiangsu Delong, penurunan harga nikel global, dan keterlambatan pembayaran ke pemasok energi serta bijih nikel.
GNI melalui pernyataan pada 25 Februari 2025 sempat menegaskan bahwa operasional smelter-nya masih berjalan, di tengah penyesuaian manajemen agar kinerja perseroan lebih kuat.
Smelter GNI juga masuk dalam proyek strategis nasional (PSN) berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021, yang tergabung dalam proyek bersama VDNI.
Operasi PT GNI terletak di di Desa Bunta, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Dengan menggunakan teknologi pirometalurgi atau rotary kiln electric furnace (RKEF), smelter GNI memiliki kapasitas produksi 1,9 juta nickel pig iron (NPI) per tahun.
Selain itu, perusahaan menghasilkan produk feronikel yang kemudian diolah menjadi bahan baku yang digunakan untuk produksi baja nirkarat dan industri besi paduan nikel.
PT GNI juga berkolaborasi dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), yang merupakan anggota holding badan usaha milik negara (BUMN) sektor pertambangan, MIND ID.
Kerja sama tersebut dilakukan dengan adanya perjanjian pendahuluan atau heads of agreement (HoA) kedua perusahaan dengan 1 perusahaan lain bernama Alchemist Metal Industry Pte Ltd pada Mei 2021, yakni untuk pengembangan bisnis smelter di kawasan Konawe Utara dan Morowali Utara.
Berdasarkan siaran pers Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, smelter GNI melengkapi lini produksi yang sebelumnya dilakukan di smelter PT Obsidian Stainless Steel (OSS), yang merupakan smelter penghasil feronikel dengan kapasitas produksi 2,2 juta ton/tahun dan billet stainless steel dengan kapasitas produksi 3 juta ton/tahun. (*/PRI)