dteksinews, Morowali- Di Kabupaten Morowali telah ditemukan kasus dengan gejala klinis hampir menyamai penyakit Jembrana pada kelompok ternak Vitamea desa larobeno Kecamatan Bungku Barat Kabupaten Morowali untuk pertama kalinya, selanjutnya menyebar di Desa Topogaru, Kecamatan Bungku Barat pada kelompok ternak Jaya Bersama.
Di mana hampir sebagian ternaknya mengalami gejala klinis yang sama. Hingga menyebar ke Kecamatan wilayah Bungku Tengah Kecamatan witaponda Bumi Raya dan saat ini telah sampai di wilayah kecamatan Punggur Timur dan Bahodopi.
Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Morowali Andi Irman melalui Kabid Perternakan dan Kesehatan Hewan Awaludin Nunu kepada media ini diruang kerjanya.Rabu(24/4/2024).
Menurutnya, Kasus Jembrana di Morowali pelaporan dan pengujian sampel, sudah kita lakukan pemetaan penyakit Jembrana melibatkan identifikasi daerah endemis dan penentuan distribusi geografis penyakit.
Dinas Pertanian dan ketahanan pangan Kabupaten Morowali telah melakukan langkah-langkah strategis dengan menggunakan data epidiomologi, laporan kasus, dan survei lapangan untuk memetakan penyebaran Penyakit ini dan selanjutnya melaporkan temuan kasus kepada Balai Besar veteriner Maros sebagai unit pelayanan teknis Kementerian Pertanian Republik Indonesia.katanya.
Lanjutnya, untuk pengambilan sampel dari darah ternak sapi Bali dilakukan untuk mendeteksi keberadaan virus Jembrana dan menginformasikan diagnosis.
Adapun hasil diagnosis sampel yang diambil di beberapa desa dan kelompok ternak.
Kemudian sebaran kasus penyakit Jimbaran pada sapi Bali tersebar di beberapa Kecamatan di Kabupaten Morowali seperti Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Timur dan Kecamatan Bahodopi.
“Berdasarkan data populasi sapi Bali di Kabupaten Morowali diperkirakan sebanyak 7.000 sapi Bali yang berpotensi tertular wabah penyakit Jembaran” ujarnya
Jumlah kasus penyakit sapi Jembaran diperkirakan sekitar 1040 ekor sapi yang tersebar dalam ternak kelompok korporasi dan ternak milik masyarakat Morowali.
Jumlah kasus yang dapat dilaporkan dalam aplikasi ISIKHNAS sebanyak 293 ekor dan sekitar 747 ekor belum terlapor dalam aplikasi ISIKHNAS dikarenakan belum memiliki kelengkapan administrasi seperti dokumentasi kematian ternak.
Kemudian dampak ekonomi bagi masyarakat Kabupaten Morowali sangat signifikan bagi peternak beternak sapi Bali ekonomi daerah terkait. Kerugian ekonomis termasuk kematian ternak, penurunan produksi daging, biaya perawatan dan pengobatan, penurunan nilai ternak di pasar. Kesulitan finansial bagi peternak seringkali merupakan dampak panjang dan wabah Penyakit ini.ungkapnya.
Metode penanganan kasus penyakit sapi jembrana ini meliputi yaitu :
1.Vaksinasi massal untuk mencegah penyebaran penyakit.
2. Pengendalian populasi nyamuk Vector Melalui penggunaan insektisida dan pemusnahan tempat perindukan nyamuk.
3.Karantina dan terinfeksi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
4. Edukasi peternak tentang tanda-tanda penyakit, pentingnya vaksinasi, dan praktek pengendalian penyakit yang baik.
5. Monitoring dan pemantauan kesehatan ternak secara teratur untuk mendeteksi kasus penyakit secara dini.
“Berdasarkan kasus penyebaran Jembrana di Kabupaten Morowali yang telah menyebar sekitar 80% di wilayah Kabupaten Morowali dan dapat diperkirakan populasi sapi Bali akan habis dalam jangka 6 bulan ke depan.
Maka dengan ini Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Morowali dapat merekomendasikan sebagai wilayah yang tertular Jembrana dengan status darurat penyakit Jembrana”.ujarnya.
Penyakit Jembrana merupakan masalah serius bagi populasi ternak sapi Bali dan ekonomi daerah terkait. Pemetaan, Pemantauan dan penanganan kasus yang efektif diperlukan untuk mengendalikan penyebaran Penyakit ini dan melindungi kesejahteraan peternak serta berkelanjutan usaha peternakan sapi Bali. Upaya kolaboratif dari pemerintah, peternak dan pihak terkait lainnya sangat penting dalam mengatasi masalah ini.Pungkasnya.
Ditempat lain Sekretaris BPBD Kabupaten Morowali Abubakar juga membenarkan,” bahwa terkait adanya penyakit sapi jembrana yang terjadi di Morowali masuk dalam darurat Jembrana”.
Namun SK belum ditandatangani oleh Pj Bupati Morowali, karena Beliau masih di luar kota, kalau sudah ditandatangani pihak BPBD akan membentuk tim penangganan penyakit jembrana ini.Singkatnya. (Red)