Scroll untuk baca artikel
Example 325x325
Example floating
Example floating
Example 728x250
BeritaPolitik

Etika Lahirkan Politik Santun

134
×

Etika Lahirkan Politik Santun

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

 

Opini

Example 300x600

 

Beberapa hari ini, publik dibuat geger dengan pernyataan calon wakil Gubernur DKI Jakarta Suswono yang menyebut janda kaya menikahi pria pengangguran.

Ucapan tersebut Suswono sampaikan ketika menghadiri deklarasi ormas yang digalang Fahira Idris dan Bang Japar di Gedung Nyi Ageng Serang, Jakarta Selatan, Sabtu [26/10] lalu.

Dalam kesempatan itu Suswono menyampaikan program kesejahteraan sosial yang diusung pasangan calon Ridwan Kamil-Suswono atau RIDO yang akan menyentuh semua kalangan, termasuk para janda miskin.

Pernyataan itupun mendapat respon, bagaimana kalau janda kaya. Atas pertanyaan itu, Suswono menyebut agar janda kaya menikahi pengangguran. Dia mencontohkan kisah Nabi Muhammad yang menikah dengan Siti Khadijah.

Ucapan kebablasan juga disampaikan mantan Gubernur Sumatera Utara Eddy Rahmayadi. Di hadapan media saat mendatangi DPP PKB untuk menjalani uji kelayakan dan kepatuhan (UKK) cagub Sumut, Eddy melontarkan pernyataan yang menyinggung Bobby Nasution yang juga menantu Presiden Jokowi, terkait dengan Pilgub Sumut 2024. Edy mengaku siap melawan menantu Presiden bahkan menantu malaikat sekalipun.

“Saya sama siapa pun, jangankan mantunya presiden, sama mantunya malaikat pun, kalau boleh kita lawan,” demikian kata Edy di Gedung DPP PKB, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2024).

Eddy dan Boby seperti musuh bebuyutan saja, saling serang, mencari titik-titik kelemahan yang kemudian jadi peluru untuk saling menjatuhkan.

Ucapan kedua tokoh tersebut, tentu bukan contoh yang baik dan bijak, apalagi disampaikan dalam momentum Pilkada, yang berpotensi menimbulkan kegaduhan politik.

Hemmm, sangat disayangkan…

Dalam momentum pilkada, hendaknya semua paslon bisa menjaga dan mengedepankan kesantunan politik. Etika menjadi salah satu kunci lahirnya politik yang santun, saling menghargai dan menguatkan, serta membangun kompetisi politik secara fair.

Etika harus menjadi pegangan, demokrasi yang baik adalah politik santun dan saling menghargai. Jangan masuk ke wilayah sensitif seperti SARA.

Etika politik mutlak diperlukan bagi perkembangan kehidupan berpolitik, karena etika politik merupakan prinsip pedoman dasar yang dijadikan sebagai pondasi pembentukan dan perjalanan roda pemerintahan ke depan.

Etika politik harus menjadi pedoman utama dengan politik santun, cerdas dan menempatkan bangsa dan negara diatas kepentingan partai dan golongan. Dalam berpolitik pun harus mengedepankan etika dan moral, salah satunya ditandai dengan kedewasaan saat berdialog dan juga dapat menomorduakan kepentingan pribadi atau kelompok.

Budaya politik dapat membentuk aspirasi, harapan, preferensi, dan prioritas tertentu dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh Perubahan sosial politik. Pada gilirannya, disimpulkan bahwa peran budaya politik santun, bersih dan beretika dalam rangka memperkokoh kehidupan berbangsa dan bernegara menuju Indonesia yang lebih baik.

Sebagai calon pemimpin daerah, elit politik untuk bersikap jujur, amanah, sportif, siap melayani, berjiwa besar, memiliki keteladanan, rendah hati, dan siap mundur jika nanti terpilih sebagai pejabat publik terbukti melakukan kesalahan dan secara moral kebijakannya bertentangan dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.

Sebagai orang yang dilahirkan dalam kultur masyarakat jawa, saya teringat pesan orang tua berhati-hati dalam setiap perkataan. Kita diajarkan untuk berhati-hati dalam mengucapkan sesuatu, karena mereka yang sudah Jawa (maksud Jawa disini adalah orang yang sudah mengolah rasa dan hati dengan baik) akan cenderung berhati-hati dalam berbicara dan berkomentar, karena setiap perkataannya akan menjadi kenyataan. Seperti daya magnet yang menarik segala hal. Berpikir baik dan berkata yang baik adalah kunci.

Meskipun ini bercanda, karena kekuatan dan sugesti dari kalimat yang keluar dari diri kita menjadikan kenyataan. Berbicara pada saat dan momen yang tepat adalah pilihan terbaik dalam sebuah kebijaksanaan.

Ajining Diri Gumantung Ana Ing Lathi. Filosofi Jawa ini mengajari tentang nilai diri seseorang tercermin dari ucapannya. Karena ucapan adalah ringkasan dari pikirannya. Ketenangan di dalam diri kita salah satunya bersumber dari ucapan kita sehari-hari.

Jangan pernah untuk mencoba menyerang orang lain hanya untuk menunjukkan bila kita lebih superior. Di awal memang terlihat keren, tetapi lama kelamaan kita sering dihantui ketidaktenangan yang membuat kita resah dan merasa bersalah.

Jangan pernah mencoba berbicara dengan umpatan, ya meskipun beberapa sudah biasa karena sudah amat kenal. Tapi ada baiknya kita belajar, karena sebagian besar dari kita menginginkan menjadi pemimpin yang baik, menjadi orang tua yang baik, supaya anak-anak kita, genernasi muda kita tidak meniru perkataan kita yang kurang pantas. Karena ceplas-ceplos dengan kalimat buruk dan umpatan ini secara tidak langsung terkadang menurun ke anak-anak. Apalagi diucapkan oleh seorang pemimpin.(*)

Penikmat Kopi Pait.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *